Rabu, 15 Mei 2013

DEMI CINTA


Tautan waktu berjalan, Iring langkah kita bersama, Mendewasakan semua rasa, Perasaan jiwa....Tak akan mungkin memungkiri, Menyangkal arti cinta,, Biar angin menentang, Pun langit terhempas...Menyangsikan cinta dalam keras kehidupan, Naif terlahir Kewajaran kodrati, Lelapkan semua...Demi cinta... bersandinglah (di dalam sisi hidupku ini)Demi cinta... berjanjilah (melangkah kita bersama), Perlahan kita mulai belajar, Melaraskan batin, Meluaskan ruang
Tingkap pengertian, Tak pernah kumerasakan, Penat menjadi beban, Biar peluh mengalir, Pun meski terluka,  Damai... kita... bersama... sucikan cinta.

Untaian kata-kata indah dan sarat makna dari lirik lagu "Demi Cinta" milik PadI band yang sangat menarik bagi saya di sepertiga malam ini untuk lebih dari sekedar memaknainya secara biasa saja, apalagi secara sempit. karena saya berusaha untuk memaknainya secara lebih luas dan mendalam...seperti penggalan liriknya yang bernada :
"Perlahan kita mulai belajar, Melaraskan batin, Meluaskan ruang
Tingkap pengertian"  saya berusaha untuk terus belajar mendewasakan pemikiran saya, melapangkan ruang batin yang kemudian mengkalibrasikan diantara keduanya sehingga mudah-mudahan bisa menyingkap beberapa pengertian tentang spektrum bahasa CINTA 

Cinta; sebuah bahasa universal sebagai ungkapan rasa yang diterjemahkan dalam tindakan. Sulit memang menggambarkan cinta itu seperti apa, hanya lewat tindakan cinta itu dinyatakan. Biasanya cinta itu diungkapkan kepada pasangan atau orang terdekat, seperti sepasang pengantin yang ber-ijab Qobul dalam pernikahannya, bakti anak kepada orang tuanya dan sebaliknya kasih sayang orang tua kepada anaknya, atau bisa juga yang lebih hakiki ibadah manusia kepada sang Pencipta-Nya. Mencoba melihat cinta dari sebuah kehidupan yang saya pelajari, dan akhirnya saya jatuh cinta kepadanya yaitu Mapala Unila.  Dari Mapala Unila saya banyak diberi tentang ilmu kehidupan yang membawa saya masuk dalam dimensi-dimensi kehidupan yang saling terhubung satu dengan yang lain dalam rantai dan jejaring kehidupan.  Mapala Unila, cinta saya yang membuat saya "terjebak" dan begitu menikmatinya.

Satu kajian ilmu tentang kehidupan dari Mapala Unila, dan jika ingin melihat cinta disanalah habitat yang tepat. Cinta adalah bahasa kehidupan, dan milik semua mahluk hidup. Cinta tak mengenal batasan, walau acapkali manusia merasa paling sempurna karena memiliki akal pikiran dan hati nurani, yang membedakan dengan mahluk hidup lain. Apakah mahluk hidup lain mempunyai cinta?, saya bilang ”iya”, hanya kita yang kadang belum sepenuhnya mengerti dan memahami bahasa cinta makhluk-mahkluk selain manusia.
Bahasa cinta untuk hewan, bisa diterjemahkan sebagai naluri alami. Seekor induk Monyet_sama halnya juga dengan induk Buaya_ akan bertahan mati-matian menjaga keturunannya, dari setiap ancaman. Seekor induk Ayam, rela berpuasa dan mengerami telurnya hingga menetas. Seeokor induk Arwana, rela tak makan demi melindungi anak-anaknya dalam mulutnya dari ancaman predator. Lebih ekstrim lagi induk Laba-laba yang mengorbankan dirinya untuk makanan anak-anaknya. Di balik kehidupan yang liar, saling memakan, kanibal, ternyata masih ada sisi untuk menyatakan cinta lewat bahasanya. Sebuah bahasa cinta yang diterjemahkan dalam bentuk insting oleh hewan, yang acapkali jauh lebih besar dari kita manusia sebagai makhluk yang jauh lebih sempurna.

Tak berbeda dengan tumbuhan, walau tak ada insting tetapi tetap saja bisa diterjemahkan sebagai wujud cinta-Nya. Tumbuhan, biasanya sebelum mati, dia akan regenerasi atau beranak. Pohon pisang, setelah berbuah akan mati, tetapi terlebih dahulu menumbuhkan tunas-tunas baru. Induk yang mati, memberikan makanan makanan anaknya dari tubuhnya yang membusuk, lalu terurai dan menjadi materi organik yang subur. Bagaimana jika di bumi tak ada tumbuhan..? maka cinta itu tidak bisa diwujud nyatakan. Tumbuhan sebagai mahluk yang menghasilkan oksigen dan makanan, adalah sumber kehidupan dan selayaknya manusia jauh lebih hormat terhadapnya, tetapi kenyataannya berbeda. Sebagai paru-paru dunia, kini dibabat habis, alih fungsi lahan, dan alampun murka, manusia juga yang kena, inikah pembalasan cintanya? kejamnya manusia.

Bagaimana dengan mahluk kasat mata?, seperti; bakteri, virus, alga, amuba dan lain sebagainya. Dimana rasa cinta mereka?... Rasa cinta mereka adalah membuat dunia ini tidak penuh oleh bangkai.  Bayangkan tanpa kehadiran mereka sebagai mahluk pengurai materi kehidupan, tentu saja tak ada yang membusuk dan bumi penuh dengan bangkai serta kotoran. Bahasa cinta yang diwujudkan dengan mengembalikan materi-materi yang tersusun kemudian di urai dan kembali menjadi materi aslinya. Bagaimana jika kita makan nasi keluar nasi, makan roti keluar roti, sungguh mengerikan bukan..? dan inilah tugas mereka untuk merombak semua. Apa wujud rasa cinta kita? perlakukan mereka dengan baik dan berusaha sekuat mungkin untuk tidak mencemari habitat mereka. Mungkin kita dengan mudah dan sembarangan membuang cairan disinfektan agar kita bersih, tetapi disana mereka tersiksa dan mati sia-sia. Ingat tanpa kehadiran mereka kita akan tidak berdaya, mereka tak sepenuhnya memerlukan kita, akan tetapi sebaliknya kita sangat memerlukan kehadiran mereka.

Cinta yang universal dalam kehidupan, niscaya diterjemahkan dalam hubungan yang sinergis antar komponen kehidupan. Salah satu dari komponen tersebut kita putus cintanya, niscaya beberapa fenomena akan datang. Membabat hutan, sudah jelas akibatnya. Fenomena banjir bandang yang beberapa waktu belakangan dan kedepan ini yang banyak menghiasi pemberitaan di media dan terjadi di sekitar kita merupakan salah satu akibatnya. Berburu burung-burung liar, serangan ulat meraja lela. Membuang bahan beracun sembarangan, lingkungan tercemar dan berbahaya. Manusia adalah predator paling atas yang dilengkapi, akal pikiran dan hati nurani. Apabila cinta itu hilang, berarti sengaja merusak tatanan kehidupan yang sinergis berubah menjadi antagonis. Berikan cinta kita sebagai wujud mahluk yang sempurna kepada kehidupan yang ada, dan inilah cinta saya dalam belajar kehidupan yang banyak saya dapat dari sebuah organisasi bernama Mapala Unila.

Lalu bagaimanakah bentuk cinta saya kepada Mapala Unila sebagai mekanisme take and give dalam bahasa cinta? beberapa di antaranya ya saya menulis note ini :) dimana saya membuatnya dengan mencari referensi dari media lain kemudian saya padukan dengan konteks tujuan dari sebuah maksud yang ingin saya sampaikan, dimana harapan saya bisa menjadikan media transfer "cinta" antara saya dengan si pembaca note ini. kalau saya diberi pertanyaan bagaimanakah anggota Mapala Unila ( Kiyay Kanjeng, adek-adek pengurus Mapala Unila saat ini dan kedepannya )  dalam memberikan cintanya? simple saja saya akan menjawab; "berusahalah mencintai sekuat daya dan upaya untuk survive dalam perjalanan kehidupannya". hasilkan karya yang nyata, konstruktif dan bermanfaat sebanyak-banyaknya bagi element di alam semesta ciptaan-Nya.

Seperti Filsafat hidup Rasululloh ketika di tanya oleh sahabatnya
 Sahabat bertanya: "Wahai Rasululloh, bagaimana kriteria orang yang baik itu?"
 Rasululloh menjawab : "Sebaik-baiknya manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain" :) 


Referensi media nutrisi note ini
1. http://sosbud.kompasiana.com/2012/02/14/cinta-bahasa-universal-kehidupan-435236.html
2. http://www.pengobatan.com/kisah_teladan/fisafat_hidup.html
3. http://lirik.kapanlagi.com/artis/padi/demi_cinta  

Kalianda 25 Januari 2013, 03:27-04:33 WIB
Salam Cinta Marga Mapala dari penulis Reza Gustav (Bajul) 

sumber picture http://www.google.com/imgres?q=cinta+universal&um=1&hl=id&sa=N&tbo=d&biw=1440&bih=785&tbm=isch&tbnid=rPaeBh8Of_tTBM:&imgrefurl=http://poehlang-toehwang.blogspot.com/2010_12_01_archive.html&docid=S9LwANjhyMWq9M&imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgzZnDRRp_cISQ-H9eFhHwUbyr__dSixGm-ZfEpYyBboQPF-BeLP7vqR-1iaLlnK7AjgpmBnmjULvLO-4Iy2stNqiqM52FwYXE0iFJQ8094mNEVU9zYbrK6dHJ2ejNYTMdvmOpzR3c905P/s1600/Universal_Love_by_prabandari.jpg&w=842&h=741&ei=yagBUa-NGMi4rAfY44CYAw&zoom=1&iact=hc&vpx=379&vpy=15&dur=10970&hovh=211&hovw=239&tx=177&ty=79&sig=110405734329090828273&page=1&tbnh=127&tbnw=141&start=0&ndsp=42&ved=1t:429,r:2,s:0,i:87

Kalianda 25 Januari 2013, 03:27-04:33 WIB
Salam Cinta Marga Mapala dari penulis Reza Gustav (Bajul) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar