Rabu, 15 Mei 2013

SUAKA MARGA MAPALA


Note ini merupakan sebuah olah pemikiran dan batin penulis atas pandangannya terhadap salah satu unit kegiatan  extrakurikuler Mahasiswa yaitu  organisasi Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) ditinjau dari dinamika yang melingkupinya sepanjang kiprah Mapala dalam mewarnai dunia pendidikan yang berbasis petualangan dan lingkungan hidup  di negeri ini. Berbagai referensi dari berbagai sumber yang terkait diselipkan untuk memperkaya khasanah pandangan penulis yang dituangkan ke dalam note ini. Note ini juga lebih dari sekedar mengajukan pandangan dari penulis yang berusaha menggulirkan pandangannya yang berbeda dari pandangan umum, melainkan juga berusaha membangun sebuah argumentasi tentang manfaat (sisi positif) organisasi Mapala. Pengalaman pribadi penulis yang nota benenya merupakan salah satu anggota Mapala sendiri juga merupakan pendukung atas argumentasi yang ingin dibentuk.

Mapala dimana dalam pengertian lainnya berarti berbuah (Wikipedia), tampaknya dalam dasawarsa akhir ini mengalami beragam fenomena_ perlakuan, stigma dan persepsi _ yang tak memadai ; perlakuan yang bisa dinyatakan dengan “membuang air cucian bayi dengan bayinya” merupakan perlakuan yang kerap diterima oleh anggota Mapala atas stigma negative yang di sematkan secara general (pukul rata). Skandal atau pun peristiwa penyalahgunaan visi dan misi Mapala yang terkadang tercampur dengan masalah urusan personal (oknum), seakan menghapus sisi-sisi positif yang membuat organisasi Mapala secara keseluruhan di cap kurang baik, harus dijauhi karena banyak mengandung bahaya dan mudharat-nya.

Sikap negative pukul rata dan totaliter terhadap organisasi maupun keseluruhan anggota Mapala, merupakan sikap yang tidak kritis dan merugikan. Beragam manfaat yang positif dari organisasi Mapala pun terabaikan dan secara potensial merugikan karena menghilangkan kesempatan orang menyerap hasil-hasil positif darinya. Suara-suara sumbang yang menyerukan organisasi Mapala sebagai organisasi yang kurang baik dan berbahaya kini jadi suara yang umum kita dengar.

Persepsi dan sikap kebanyakan orang terhadap organisasi Mapala dan orang-orang penghuninya saat ini negative, baik secara legal-formal maupun normative berdasarkan anggapan umum masyarakat. Maka, ketika ada yang menyuarakan lagi sisi positif manfaat-manfaat yang didapat seseorang dari organisasi Mapala, menguraikan kembali sejarah dan peranannya sebagai bagian dari elemen agent perubah (agent of change) yang membantu manusia, alam dan lingkungan, itu adalah sebuah suara lain, suara yang mencoba memahami dan menempatkan organisasi Mapala secara proporsional.
Sebut saja film “Gie” yang menceritakan seorang tokoh mahasiswa progressife dan kritis yang notabenenya merupakan salah satu tokoh pendiri organisasi Mapala pertama di Indonesia, merupakan salah satu Legenddalam figure sosok mahasiswa yang peduli sekaligus berani dalam melawan chaos nya situasi dan kondisi bangsa dalam multi sector semasa dia hidup, bahkan ketika dia sudah tiada pun pemikiran dan semangatnya tetap hidup dan kerap dijadikan inspirasi oleh banyak kalangan sebagai usaha untuk peduli terhadap isu kemanusiaan, alam dan lingkungan.  

Sejarah menunjukkan adanya kecendrungan manusia untuk menerapkan strategi mekanisme preventif, mekanisme yang fokusnya mencegah terjadinya hal-hal negative.  Banyak orang cenderung melakukan pukul rata dan secara naluriah menghindari hal yang mungkin memberikan akibat buruk atau merugikan lepas dari apakah hal itu memang secara keseluruhan atau hanya sebagian kecil saja sisi buruk atau ruginya.  Ketakutan, sebagai salah satu alat adaptasi, tampaknya masih lebih mendominasi naluri manusia.  Orang cenderung menjadikan ketakutan sebagai indikator dan tanda bahaya (alarm) yang utama.  Padahal, ada banyak kekuatan dan keutamaan manusia yang juga merupakan alat adaptasi , bahkan lebih baik dalam membantu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Dalam diri setiap orang ada potensi-potensi positif seperti keberanian, altruisme (kecenderungan berbuat baik tanpa pamrih), kapasitas berpikir kritis, kreatifvitas, kapasitas untuk melampaui keadaan fisik, mentalitas dan material, keadilan, kebijaksanaan, rasa ingin tahu, bersosialisasi dan silaturahmi, serta kapasitas untuk memanfaatkan apa yang ada dialam untuk kesejahteraan manusia sesuai peruntukannya dan proporsional.
Tetapi, kekuatan-kekuatan itu sepertinya lebih jarang digali dan dimanfaatkan dibandingkan ketakutan yang kecenderungannya memang dapat membantu manusia selalu berada dalam zona nyaman dan terhindar dari bahaya, dan organisasi Mapala pun sebagaimana visi dan misinya hadir sebagai media dalam kawah candradimuka dalam proses penggalian, penempaan potensi manusia sebagaimana yang sudah dipaparkan sebelumnya, yang diharapkan dari itu semua bisa menjadi salah satu factor penting dalam usaha adaptasi dan survival manusia dalam menghadapi tantangan dinamika zaman dan sebagai sarana manusia dalam mengubah keadaan dirinya dan lingkungan sekitarnya menjadi lebih baik. Mengedepankan ketakutan saja membuat orang kehilangan kesempatan untuk berkembang dan memperbaharui dunia.
Kita terlalu lama dikuasai ketakutan dan keinginan untuk menyelamatkan diri sendiri.  Kita lupa akan potensi kekuatan kita yang dapat menembus batas ketakutan itu sendiri.  Kita ingin menghindari ketakutan, tetapi dengan mengutamakan ketakutan sebagai motif dominan dalam hidup, sebenarnya kita menyerahkan diri kepada ketakutan, meninggikan bahkan mengidolakan kepada ketakutan. Kita menutup ruang terhadap hal yang bisa memberikan manfaat, menekan kekuatan diri kita karena takut mengambil resiko berhadapan dengan bahaya padahal belum tentu kekhawatiran atas banyak ketakutan itu yang mungkin akan kita temui benar-benar terjadi.

Kini, semakin berkurang saja orang-orang yang berani menghadapi ketakutan, berani mengambil resiko berhadapan dengan bahaya demi menggali dan mengembangkan diri dan lingkungannya.  Padahal, peradaban manusia berlangsung semakin berkembang karena ikhtiar dari orang-orang yang mau menembus batas ketakutannya, berani mengambil resiko, dan terus-menerus memperjuangkan pencapaian hal-hal yang baik. Orang-orang yang memperjuangkan kelanjutan hidup manusia itu tidak focus pada penghindaran bahaya, justru mereka menempuh jalan yang penuh bahaya untuk tetap hidup dan bermanfaat bagi banyak orang dan lingkungannya. Ambil contoh kisah Heinrich Harrer, yang awalnya dia merupakan pekerja kantor pos di Austria. HH juga dari tahun 1933 – 1938 tercatat sebagai mahasiswa study Geografi dan olahraga  Universitas Karl-Franzens di Graz. Walaupun dia juga pernah menjadi anggota SS Nazi Jerman dengan pangkat sersan, namun dia lebih memilih untuk mendaki gunung dalam beberapa rangkaian ekspedisi sebagai kecintaannya terhadap dunia mounteneering dan climbing. Dalam sejarah perjalanan hidupnya yang lebih banyak berpetualang dari satu lokasi dan situasi lainnya ketimbang nyaman di satu situasi dan lokasi saja, tidak sedikit banyak pihak yang terinspirasi olehnya. Bahkan seorang tokoh penting Tibet Dalai Lama menjadi sahabat dekatnya dan banyak mengambil inspirasi dari seorang HH. Dia juga pernah mentorehkan sejarahnya di negeri ini ketika dia berhasil menggapai Puncak Carztenz di pegunungan Jaya Wijaya yang tidak sedikit memberikan influence terhadap perkembangan dunia petualangan di negeri ini.  Banyak kisah-kisah HH dibukukan dan bahkan di filmkan. “Seven Years in Tibet”merupakan film yang dimaksud. Benang merah yang ingin penulis sampaikan dalam menceritakan sekelumit biografi seorang HH adalah bagaimana seorang anak manusia yang dengan potensi dirinya dalam mengambil pilihan untuk berani keluar dari zona nyaman dirinya dengan berani mengambil resiko untuk menghadapi sesuatu di luar sana yang dipenuhi oleh sesuatu yang asing, terkadang  unpredictable ( sukar diprediksi ) bahkan mungkin berbahaya yang mengancam nyawa dapat memberikan manfaat kebaikan dan menginspirasi banyak orang untuk bisa seperti HH bahkan ingin lebih dahsyat dari dirinya.

Pandangan-pandangan yang di gulirkan dalam note ini, tentang organisasi Mapala dan spectrum atas pandangan negative maupun pledoi sebagai usaha pembentukan argumentasi yang kontra stereotipe negative terhadap stigma pukul rata yang dialamatkan ke organisasi Mapala, tentang pentingnya mengedepankan potensi keberanian kita sekaligus menolak untuk bertekuk lutut terhadap naluri ketakutan kita dimana hal tersebut merupakan ilmu yang diajarkan oleh organisasi Mapala dalam menjalankan visi dan misi nya dalam usaha mencapai tujuannya yang bermanfaat bagi kemanusian, alam dan lingkungan yang bersifat horizontal dan vertical, hendaknya bisa menjadi sarana reflektif dan bisa menggugah pembaca untuk lebih dari sekedar merenungkan lebih dalam perlakuan kita terhadap organisasi Mapala. Lebih dekat lagi, note ini juga ingin mengajak kepada kita semua untuk berani mengambil langkah dan sikap bagaimana menghindari perbudakan oleh ketakutan dengan mengangkanginya sebagai sebuah suara lain untuk memahami bahasa dinamika zaman dengan energi-energi postif manusia, bukan dengan energi-energi negatifnya.

"Tuhan bersama orang-orang yang berani"
"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar". [Qur'an Surat AL-Balad ayat 10 dan 11]
"Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?(yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir". [Qur'an Surat Al-Balad ayat 12 sampai 16]

Kalianda, 17 januari 2013
22.49-03.30 WIB
Reza Gustav ST (Bajul)
Anggota organisasi Mapala Unila

Sumber referensi nutrisi penulisan
  1. Buku Hikayat Pohon Ganja
  2. Wikipedia
  3. http://robertusbejo.blogspot.com/2012/02/biografi-heinrich-harrer.htmlhttp://muhsinhar.staff.umy.ac.id/category/kapita-selekta/page/168/ 
#Note ini khusus penulis dedikasikan buat Mapala Unila, kiyay kanjeng, angkatan gw, terlebih buat generasi-generasi penerus Mapala Unila saat ini ( berbahagialah dan berbanggalah kalian menjadi salah satu bagian dari keluarga besar Mapala Unila ) dan yang akan datang, seluruh organisasi MAPALA dan sehabitat / sejenisnya serta masyarakat luas pada umumnya

sumber picture http://www.google.com/imgres?q=mapala&start=320&um=1&hl=id&tbo=d&biw=1440&bih=742&tbm=isch&tbnid=EwSYkzR1ZNTaNM:&imgrefurl=http://mapalaunila.wordpress.com/sejarah/&docid=6vh5bhIrASCBnM&imgurl=http://mapalaunila.files.wordpress.com/2012/11/copy-of-mapala2.jpg%253Fw%253D640&w=229&h=226&ei=xRb3UNjYOtHirAfFvoC4DA&zoom=1&iact=hc&vpx=1216&vpy=358&dur=947&hovh=180&hovw=183&tx=127&ty=97&sig=110405734329090828273&page=10&tbnh=159&tbnw=161&ndsp=35&ved=1t:429,r:47,s:300,i:145

Tidak ada komentar:

Posting Komentar