Rabu, 15 Mei 2013

YOGYAKARTA BERSEPEDA ; MENGURAI MASALAH TANPA MASALAH?


 Kota Yogyakarta, sebagaimana halnya dengan ibu kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia merupakan salah satu kota yang memiliki dimensi kompleksitas dalam dinamika transportasinya sebagai konsekuensi logis dari berbagai macam faktor yang ditimbulkan akibat  aktifitas interaksi manusia yang melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain (transportasi).  Salah satu faktor dalam konteks kompleksitas dinamika transportasi di kota Yogyakarta antara lain faktor image  yang melekat pada kota Yogyakarta sebagai kota pelajar, kota budaya dan kota tujuan pariwisata, dimana dampak yang timbul dari faktor image adalah kota Yogyakarta menjadi wilayah yang mempunyai magnet asal dan tujuan bangkitan perjalanan ( origin destination zone ) sehingga efek dari itu adalah pertumbuhan jumlah penduduk baik yang tetap maupun yang sementara (temporary) setiap tahunnya cenderung meningkat yang di iringi pula dengan pertumbuhan kepemilikan kendaraan, baik kepemilikan kendaraan bermotor maupun yang tidak bermotor (non motor), akan tetapi laju pertumbuhan penduduk dan kepemilikan kendaraan yang bersifat dinamis itu belum bisa di imbangi dengan peningkatan sarana dan prasarana transportasi yang cenderung bersifat statis, salah satunya ialah infrastruktur jaringan jalan yang masih terbatas dan tumpang tindih bila di bandingkan  dengan jumlah dan jenis moda alat transportasi yang semakin meningkat serta bervariatif sehingga adalah suatu keniscayaan apabila di masa yang akan datang bisa menimbulkan permasalahan dari segi kenyamanan dalam bertransportasi seperti macet, tingkat polusi udara dan suara serta lain sebagainya.
            Sepeda sebagai salah satu alat transportasi jenis non motor yang notabenenya adalah kendaraan yang dalam pemakaiannya tidak memakai bahan bakar minyak (BBM), tetapi mengandalkan tenaga dari manusia yang mengendarainya, hadir sebagai alat transportasi alternatif  perkotaan didalam penggunaannya sebagai usaha dalam menjawab permasalahan transportasi seperti meminimalisir macet, mengurangi tingkat polusi udara dan suara (Santoso Roimairo, http://mancagok.blogspot.com), baik permasalahan transportasi itu  sudah dan atau akan timbul dimasa kini dan masa yang akan datang.  Indikasi kehadiran sepeda sebagai jawaban dari permasalahan transportasi, bisa dirasakan dan dilihat dari semakin banyaknya masyarakat yang  memiliki dan menggunakan sepeda sebagai alat transportasi dalam aktifitasnya  mencapai suatu tujuan.  
            Kota Yogyakarta  sendiri sebagai mana kota-kota besar lainnya di Indonesia tidak luput dari fenomena maraknya penggunaan sepeda oleh masyarakatnya-jika boleh disebut demam bersepeda (fever bicycle)- Demam bersepeda di kota Yogyakarta sendiri bisa terlihat dan dirasakan akhir-akhir ini dimana semakin merebaknya klub-klub atau komunitas sepeda, bahkan individual (non club) yang melakukan kegiatan bersepeda baik secara kolektif dengan konvoi atau hanya sendiri saja.  Aktifitas dari mereka yang bersepeda ria pun akan semakin terasa ketika memasuki akhir pekan atau hari libur dengan motif dan tujuannya masing-masing.  Terlepas motif dan tujuan penggunan sepeda sebagai alat transportasi alternatife sebagai jawaban atas permasalahan transportasi atau hanya sebatas mengikuti trend yang berkembang semata, timbul pertanyaan dari penulis apakah dengan bersepeda bisa mengurai permasalahan atau bahkan tidak menutup kemungkinan justru akan menjadi permasalahan baru dalam konteks dinamika transportasi? karena berdasarkan dari sisi teoritik disiplin ilmu transportasi yang tertuang dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, sepeda dikategorikan sebagai kendaraan lambat ( slow vehicle ) yang merupakan variabel hambatan samping selain pejalan kaki ( pedestrian), kendaraan keluar masuk jalan ( exit entry vehicle), dan kendaraan yang berhenti (stop vehicle).  Hambatan samping memiliki pengertian aktifitas disisi  segmen jalan yang berdampak terhadap kinerja lalu lintas (MKJI 1997), merupakan salah satu parameter  atas nilai derajat kejenuhan jalan, kecepatan dan waktu tempuh kendaraan serta tingkat pelayanan jalan (level of service), sebagai referensi aktual, di dalam hasil laporan tugas akhir penulis yang berjudul analisis kinerja  ruas jalan akibat perkembangan lalu lintas di Yogyakarta , studi kasus di ruas jalan HOS Cokroaminoto (Gustav Reza, 2011) berdasarkan hasil survei hambatan samping langsung di jalan HOS Cokroaminoto Yogyakarta, diketahui bahwa hambatan samping di jalan HOS Cokroaminoto Yogyakarta dikategorikan tinggi, dimana salah satu variabel hambatan samping jenis kendaraan lambat termasuk sepeda didalamnya memiliki kontribusi yang cukup signifikan terhadap tingginya tingkat hambatan samping di jalan tersebut.
            Berdasarkan dari fenomena demam bersepeda yang sedang melanda kota Yogyakarta dan dari sisi teoritik keilmuan, maka penulis “tergelitik” untuk mengindentifikasi pengaruh sepeda sebagai alat alternatife transportasi darat di kota Yogyakarta terhadap kompleksitas dinamika  permasalahan transportasi ditinjau dari segi kelebihan dan kekurangannya berbanding kendaraan bermotor, sehingga dengan demikian bisa menjadi acuan referensi jawaban dalam kaitannya terhadap pertanyaan “apakah bersepeda bisa mengurai masalah tanpa menimbulkan masalah?”

  •  Segi Kelebihan Sepeda
  1. Tidak memerlukan bahan bakar berminyak (BBM) dalam penggunaannya sehingga lebih ekonomis dibandingkan dengan penggunaan kendaraan yang memerlukan BBM untuk menggerakkanya.
  2. Lebih ramah lingkungan sebagai konsekuensi dari tidak diperlukannya penggunaan BBM untuk menggerakkannya, sehingga polusi yang ditimbulkan akibat penggunaan BBM baik polusi udara dan polusi suara tidak ada.
  3. Relatife lebih murah dan terjangkau harga pembelian dan perawatannya dibandingkan jenis kendaraan lainnya yang bermotor sehingga masyarakat bisa lebih ringan dalam upaya memiliki kendaraan  sebagai alat transportasi.
  4. Daya untuk mengisi kapasitas penampungnya relatif lebih besar dibandingkan dengan kendaraan lainnya yang bermotor dari segi jumlah, ukuran dan tempat yang sama sebagai konsekuensi dari ukuran fisik sepeda yang lebih kecil dan ramping dari kendaraan bermotor .
  5. Lebih fleksible didalam proses penempatan dan perpindahannya disuatu ruang keruang lainnya dibandingkan dengan kendaraan bermotor  lainnya dikarenakan berat kendaraan sepeda  lebih ringan  dibandingkan kendaraan bermotor lainnya.
  6. Lebih sehat dari segi kesehatan dalam konteks penggunaannya, dikarenakan bersepeda merupakan salah satu aktifitas berolahraga sebagai akibat dari penggunaan tenaga manusia untuk menggerakkannya sehingga dari aktifitas bersepeda bisa menghasilkan keringat dimana dengan berkeringat dijadikan indikator lebih sehatnya manusia.
  7. Daya jelajahnya tidak dibatasi oleh bahan bakar minyak

  •  Segi Kekurangan Sepeda
  1. Waktu tempuh sepeda relatif lebih lama dibandingkan dengan waktu tempuh kendaraan bermotor dengan jarak tempuh yang sama, hal ini dipengaruhi oleh kecepatan sepeda yang relatif lebih lambat dibandingkan dengan kendaraan bermotor yang bisa melaju kencang.
  2. Lebih boros tenaga yang dikeluarkan oleh si pengendara ketika menempuh jarak yang jauh dibandingkan dengan pengendara dari kendaraan lain yang memerlukan BBM sebagai penggeraknya.
  3. Daya jelajahnya dibatasi oleh tenaga si pengendaranya, sedangkan kendaraan bermotor dibatasi oleh bahan bakar minyak.

            Jika dicermati, terlihat bahwa poin sepeda berbandingkan kendaraan bermotor lebih banyak poin  kelebihannya dibandingkan poin kelemahannya. Selain lebih menguntungkan dari segi ekonomi, dari segi kesehatan dan lingkunganpun peranan sepeda sebagai salah satu alat transportasi  lebih baik dalam menjawab permasalahan yang ada di tiga  bidang tersebut dibandingkan kendaraan lain yang bermotor berdasarkan point kelebihan dan kekurangan yang telah di paparkan sebelumnya, akan tetapi jika berdasarkan poin  kelemahannya yaitu lemah dalam segi kecepatan kendaraan dan dibatasi tenaga si pengendara, jika dikaitkan dengan permasalahan transportasi seperti macet yang berarti berpengaruh terhadap arus lalu lintas kendaraan,  justru menurut analisis saya menyimpan potensi yang bukannya sebagai solusi untuk meminimalisir macet, niscaya malah menjadi salah satu penyebab kemacetan itu sendiri. Hal ini niscaya terjadi apabila sepeda yang dalam pergerakannya baik secara kolektif maupun individual, relatif lebih lambat dibandingkan kendaraan lain yang bermotor dan berada dalam satu jalur (jalan) yang sama, akan berpengaruh terhadap kelancaran arus lalu lintas dari kendaraan lain yang bermotor, seperti menurunnya kecepatan kendaraan yang bermotor dalam suatu jumlah arus tertentu karena lebih memprioritaskan sepeda dalam pergerakannya yang notabenenya kendaraan non motor sehingga akan terjadi penumpukan kendaraan dalam arus  akibat adanya tundaan dan penurunan kecepatan kendaraan  yang dipengaruhi oleh pergerakan sepeda.

            Lalu bagaimana supaya sepeda dalam peranannya di kota Yogyakarta pada khususnya dan kota-kota lainnya di Indonesia pada umumnya bisa menjadi salah satu alat atau sarana transportasi yang kontributif dalam usaha mengurai masalah di transportasi itu sendiri tanpa menimbulkan masalah? Penulis dalam kapasitasnya sebagai pemerhati bidang transportasi ingin memberikan pandangan yang bersifat rekomendasi karena dari analisis terdapat  kesenjangan antara harapan dengan kondisi nyata dalam konteks peranan sepeda terkait permasalahan transportasi. Pandangan  penulis sebagai berikut:
  1. Perlu dipertimbangkan  adanya jalur (jalan) khusus sepeda yang tidak tumpang tindih atau terpisah dengan jenis kendaraan lain yang bermotor sehingga permasalahan yang di hubungkan dengan kelemahan sepeda yang berpengaruh terhadap kendaraan lainnya yang bermotor dalam satu arus dijalan yang sama akan terjawab dengan solusi pembuatan jalur khusus sepeda ini. Kota Yogyakarta sendiri dalam implementasinya untuk memberikan ruang gerak pengguna sepeda sudah memberikan beberapa jalan yang dijadikan jalur alternatif bersepeda selain ruang tunggu sepeda di depan kendaaraan bermotor di traffic light walaupun dijalur alternatif sepeda tersebut kendaraan lain yang bermotor boleh melaluinya sehingga perlu dipertimbangkan agar dalam implementasi penggunaan jalur khusus sepeda tidak mengalami tumpang tindih dengan kendaraan bermotor lainnya, bisa dengan pembuatan konstruksi fisik yang baru dan atau dengan kebijakan yang bersifat hukum (larangan) dalam upaya memisahkan kendaraan  supaya tidak tumpang tindih dijalur khusus sepeda.
  2. Perlu dipertimbangkan dibangun atau ditingkatkannya integrasi sistem sarana dan prasarana sepeda dengan sistem sarana dan prasarana moda transportasi lainnya, misalnya dengan fungsi adanya jaringan pengumpan (feeder system) antar moda transportasi sehingga pengguna sepeda yang ingin melakukan perjalanan jauh bisa terbantu dengan mudah ketika ingin melakukan perpindahan moda transportasi tanpa atau dengan membawa sepedanya. Efek lainnya adalah bisa menstimulan orang untuk mau bersepeda sebagai alat transportasi dalam aktifitasnya mencapai tujuan. Dikota Yogyakarta sendiri di beberapa tempat umum seperti di areal tunggu (halte) bus, sudah menyediakan ruang untuk parkir sepeda dalam konteksnya sebagai feeder system, sedangkan dengan adanya bus atau kereta api yang di ruangannya ada khusus ruangan untuk menampung sepeda, sepengetahuan penulis  baru sebatas rencana kalau tidak mau disebut wacana. 
  3. Perlu di pertimbangkannya usaha-usaha yang dapat menstimulan masyarakat secara massif ( kuantitas yang besar ) agar mau memilih sepeda sebagai alat alternatif transportasi darat diantara variasi jenis moda transportasi lainnya baik yang pribadi maupun yang umum.  Usaha-usaha yang dapat merangsang masyarakat agar mau menggunakan sepeda dalam menjalankan aktifitas perpindahannya, misalnya dengan membangun suasana yang hijau di sepanjang jalur jalan sehingga bisa senafas dengan kampanye lingkungan hidup dan stigma bersepeda itu sehat, kemudian penyediaan sarana dan prasarana pendukung yg bersifat kualitatif dan kuantitatif, antara lain ketersediaan bengkel dan tempat parkir khusus sepeda yang memiliki jumlah dan pelayanan yang baik dalam “memanjakan” pengguna sepeda. Dari pandangan subyektif penulis berdasarkan pengalaman dan penglihatan penulis,  kota Yogyakarta sendiri merupakan kota yang sudah atau masih pantas dikategorikan hijau tak terkecuali di sepanjang jalur jalan yang ada di kota Yogyakarta, akan tetapi untuk ketersediaan bengkel khusus sepeda, secara kuantitas dan kualitas masih dirasa kurang, sehingga perlu dipertimbangkan untuk menambah secara kuantitas dan kualitas dalam hubungannya untuk mempermudah akses masyarakat pengguna sepeda ketika mendapat masalah teknis dengan sepeda miliknya.
  4. Perlu dipertimbangkan dengan adanya kebijakan-kebijakan yang ramah namun tegas dan bila perlu ditransformasikan ke dalam ranah hukum untuk kepentingan pengendara sepeda terkait peranan dan keberadaannya diantara moda transportasi lainnya, sehingga bisa tercipta harmonisasi yang terjalin dengan baik antar sepeda dengan moda transportasi lainnya.  Selain itu, kebijakan-kebijakan yang ramah namun tegas juga bisa di implementasikan dalam fungsinya sebagai alat stimulant atau perangsang dan membangun kesadaran supaya masyarakat dari berbagai macam elemen sosial mau menggunakan sepeda.  Dikota Yogyakarta sendiri, dimensi kebijakan-kebijakan yang bisa terlihat dan dirasakan, diantaranya adalah program segosegawe yang dicanangkan oleh walikota sebagai representatif dari pemerintah kota Yogyakarta . segosegawe sendiri kependekan dari ”sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe” dimana hakekatnya merupakan gerakan untuk menggugah kembali dan membangkitkan nilai ”merasa membutuhkan” dari semua komponen masyarakat Kota Yogyakarta untuk menggunakan sepeda sebagai salah satu alternatif moda transportasi  khususnya  jarak dekat (3 km s/d 5 km) (Zudianto Herry. H, http://www.jogjakota.go.id).  Hanya saja, menurut pandangan pribadi penulis dikarenakan program sego segawe lebih bersifat himbauan  maka hasil yang di capaipun akan berbeda ketika program tersebut di konversi sifatnya menjadi perintah, menurut hemat penulis cara untuk mengoptimalisasi membangun kesadaran ada dua cara yaitu ketika cara pertama dengan himbauan yang merangsang agar kesadaran timbul dari dalam dirinya sendiri tanpa dipaksa dirasa kurang optimal, maka cara kedua bisa mungkin bisa lebih optimal yaitu dengan merubah sifatnya menjadi perintah dimana tujuannya adalah membangun kesadaran dalam diri yang dipengaruhi oleh keharusan, atau penulis menganalogikannya seperti mekanisme kerja paku, yaitu berjalan ketika diketok dulu.

            Sepeda sebagai salah satu alat transportasi yang dewasa ini sedang mengalami pertumbuhan yang pesat di beberapa daerah di Indonesia tak terkecuali di Kota Yogyakarta, menyimpan berbagai macam sisi nilai kearifan khas nya sebagai alat transportasi, mulai dari nilai historis dan romantisme (histor-man), nilai spirit kebersamaan dan kekeluargaan (societty spirit), nilai spirit giat dan mandiri (strenght and independent),  bahkan di kota Yogyakarta sendiri dimana penulis sekarang berdomisili walaupun penulis bukan warga asli (lahir dan besar) melainkan pendatang karena dalam misinya menuntut ilmu, berpandangan bahwa bersepeda ada juga nilai budayanya, setidaknya jika di pandang dengan kacamatahistor-man. Dari multi nilai kearifan khas  bersepeda itu, sudah seyogyanya apabila kita bersama-sama saling tumbuh kembangkan kesadaran kita dalam kehidupan kita sehari-hari dalam konteks pemilihan alat alternatif bertransportasi akan pentingnya melestarikan dan meningkatkan nilai-nilai luhur tersebut, bahkan dari multi nilai luhur bersepeda itulah  yang membuat alasan penulis bahkan mungkin sebagian besar orang baik pendatang maupun asli, yang masih dan akan menetap maupun yang sudah alumni, jatuh cinta terhadap kota Yogyakarta dari dulu, sekarang dan selamanya.   (Warung Shakur-Kost, Bantul Yogyakarta Jum'at 1 Juli 2011. 06.00 WIB)  

*Penulis artikel ini merupakan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan anggota  Forum Peduli Transportasi Yogyakarta (FPTY) Jurusan Teknik Sipil UMY.
CP : 0813 28 1111 24
Antara Aku, Sepeda dan (Tugu) Yogyakarta...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar